Selasa, 05 April 2011

BAKTERI KOMPOS 2

Membuat Bakteri Padat

Peralatan dan Bahan :
1. bekatul
2. sekam
3. keset,
4. garu
5. gembor
6. sekop
7. bakteri cair
8. termometer
Cara Membuat :
Campurkan sekam dan bekatul dengan perbandingan 10 : 1 aduk secara merata dengan penambahan air secukupnya alias tidak ada rembesan air jika diperwas, tambahkan air tebu dan bakteri cair yang sudah dibuat diatas, aduk kembali hingga merata,tumpuk dalam satu lokasi terwtentu kemudian tutup permukaan adonan dengan keset.


Bakteri padat dipanen dengan memasukkan ke dalam glangsing, sesuai tekhnologi yang dipersiapkan, bakteri dapat digunakan untuk bahan campuran ketika kita mengolah sampah.


Kontrol setiap hari dengan mengukur suhu,kelembaban dan bau jika bakteri terlalu panas lakukan pengadukan dan penyiraman secukupnya, kemudian timbun kembali ke tempat semula. Diamkan selama 4 – 7 hari bakteri dalam zat padat dapat digunkan untuk pengkomposan dan asupan teknologi yang lain



Catatan :
Pada dasarnya pembuatan bakteri padat untuk menambah asupan bakteri menguntungkan agar sampah organik dapat tereduksi dengan cepat. Karena biasanya sampah organik yang akan dikelola sebelumnya sudah kemasukan jenis bakteri lain yang disebarkan oleh lalat dan proses pembusukan.
Alasan dibuat padat, karena dalam mengelola sampah prinsip utama adalah kelembaban, aerasi , suhu harus terjaga. Jika meteri yang dikomposkan terlalu basah akan mengganggu proses aerasi sehingga pertumbuhan bakteri menguntungkan terganggu.

SUMBER : www.pusdakota.org

BAKTERI KOMPOS 1

Membuat Bakteri Cair

Peralatan dan Bahan :
1. 250 g tempe;
2. 500 g tape ;
3. 1,5 liter air tebu;
4. 2 sdm yoghurt;
5. 15 liter (3/4 gallon) air mineral/sumur
6. botol galon atau botol-botol bekas, jerigen;
7. termometer;
8. karet dan plastik
Cara Membuat :
Campur tempe, tape dan yoghurt dalam satu tempat, masukkan ke dalam botol galon yang berisi air mineral/sumur, kemudian masukkan air tebu ke dalam botol galon, kocok dan tutup dengan menggunakan plastik dan karet.


Perbanyak bakteri jadi ke dalam wadah yang lain agar efisien di pembiayaan, caranya seperti pembuatan awal, siapkan botol yang sudah diisi air gula dan air sumur kemudian tambahkan bakteri cair yang sudah jadi sebanyak kira-kira 100 cc aduk hingga rata diamkan secara terkontrol selama 4 hari begitu secara terus menerus dilakukan sehingga tidak ada pembelian baru dari produk lain.


Kontrol setiap hari dengan membuka plastiknya sejenak agar gas di dalam keluar, pembauan, dan tes dengan kertas lakmus. Kemudian tutup kembali galon tersebut, bakteri akan berkembang baik dengan kisaran 4 sampai 7 hari.



Catatan :
Di dalam pengelolaan sampah organik , untuk menjaga kelembaban sering membutuhkan penyiraman. Maka untuk meningkatkan kualitas dan jumlah bakteri dalam pengkomposan ketika dilakukan penyiraman dapat menggunakan bakteri cair yang sudah dicampur dengan air biasa, sehingga dalam pengomposan selalu terjaga ketersediaan bakteri menguntungkan.
Bakteri cair ini dapat menjadi asupan jika kita melakukan pembuatan bakteri padat, seperti dijelaskan pada keterangan halaman selanjutnya. Manfaat lain dari bakteri ini adalah menghilangkan bau dan menguraikan padatan pada saluran pembuangan, misalnya yang ditimbulkan oleh detergen serta kotoran manusia dalam septic tank sehingga aliran air menjadi lebih lancar. Selain itu bakteri cair juga bisa berfungsi sebagai pupuk dan pestisida organik.

SUMBER : www.pusdakota.org

Minggu, 03 April 2011

Mengajarkan Anak Disiplin



Anak adalah masa depan bangsa, tapi bagaimana ketika mereka dewasa nanti tidak seperti yang kita harapkan. Banyak hal yang perlu ditanamkan ketika mereka masih anak-anak. Ilmu pengetahuan akan menjadi bekal yang amat berguna bagi mereka. Namun itu saja tidak cukup, sikap dan mental yang baik akan menjadi kunci dasar keberhasilan mereka kelak.
Berbicara tentang sikap dan mental tidak lepas dari disiplin. Sikap disiplin yang ditanamkan sejak dini membuat anak memiliki perilaku positif di kemudian hari. Lalu, bagaimanakah cara melatih disiplin anak?

Banyak orang tua melatih disiplin dengan menerapkan peraturan disertai dengan berbagai jenis hukuman. Misalnya, melarang anak menonton TV hingga memukul dan menghukum dengan berat. Bagi anak-anak, penerapan peraturan disertai hukuman, bisa membuat mereka lebih cepat melakukan tugas. Namun, penempatan hukuman yang tidak sesuai akan berakibat buruk pada mental mereka.
Pada saat orang tua membentak, hal itu dapat mempengaruhi mental anak hingga memicu tingkah laku agresif pada anak. Penelitian sosiolog dari University of New Hampshire, Murray Straus membuktikan hal tersebut. Dalam penelitiannya, Straus menemukan bahwa membentak dan mengancam adalah bentuk paling umum dari agresi yang dilakukan oleh orang tua. Dibandingkan tindakan yang lebih ekstrim lagi, seperti mengancam, memaki dan memanggil dengan kasar atau dengan panggilan seperti bodoh atau malas. Menurut Straus, tindakan itu membawa efek psikologis jangka panjang bagi sang anak, yang mana dampaknya baru terlihat setelah mereka semakin dewasa.
“Agresi psikologis itu bisa membuat anak menjadi sulit beradaptasi atau bahkan berperilaku buruk. Sebab anak merasa kehilangan perlindungan sejak mereka kecil. Faktor lainnya adalah anak menjadi kurang percaya diri, atau sebaliknya, menjadi pembrontak. Tetapi yang paling dikhawatirkan adalah mereka melakukan hal yang sama terhadap anak mereka kelak.” Ungkap Straus, yang dikutip dari merawat-anak.blogspot.com.
Hal serupa juga diungkapkan oleh seorang psikolog Arnold Buss. Seperti apa yang dilansir dari borobudurbiz.com, hukuman fisiologis dan psikologis yang berat berdampak tidak baik terhadap perkembangan mental anak. Bila hukuman diberikan terlalu sering dan anak merasakan hal ini tidak dapat dihindarkan, anak akan membentuk rasa ketidakberdayaan (Sense of Helplesness).
Berikut merupakan cara untuk mengajarkan disiplin pada anak:
1. Belajar mengatakan “tidak” secara tegas tapi dengan penuh kasih sayang, berwibawa dan tanpa nada marah. Kemampuan ini akan menolong anda dalam mendidik anak sehingga mereka mngetahui ada batasan dalam berbuat sesuatu.
2. Selalu bersikap konsisten. Jika anda telah mengatakan akan ada tindakan akibat dari perilakunya yang salah, terapkan “hukuman” tersebut sehingga anak tidak akan pernah mencobanya untuk memainkan anda. Sikap yang tidak konsisten akan menghancurkan aturan dan disiplin.
3. Fokus dan targetkan satu atau dua perilaku yang harus ditaati dengan baik pada waktu yang bersamaan. Misalnya, makanan harus dihabiskan, makanan jangan dibuat mainan. Umumnya akan lebih efektif untuk mengajarkan anak pada satu atau dua bidang yang terfokus daripada mencoba untuk mengajarkan sedikit-sedikit tapi dengan berbagai macam bidang yang berbeda.
4. Berlakulah seperti “bos” dan jangan malu untuk menjadi bos dalam membina hubungan dengan anak. Jika tidak anak cenderung bertindak semaunya bagaikan anak ayam kehilangan induk dan akhirnya berperilaku negatif. Perlu dicatat, bos bukan berarti anda dapat bertindak otoriter dan semena-mena.
5. Ajarkan anak disiplin dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan cinta kasih.
6. Berikan anak pilihan-pilihan kecil, semisal baju yang ia sukai, mau wortel atau kacang. Setelah menentukan pilihan, anak harus konsisten dengan pilihannya tersebut.
7. Ingat, disiplin yang konsisten merupakan hal yang aman dan baik. Kepatuhan anak merupakan salah satu jaminan agar ia selamat dari bahaya.Waktu yang terbaik untuk menyiapkan diri dalam bahaya adalah sebelum anda berada dalam bahaya itu.
8. Untuk langkah awal, ajarkan anak dengan cara memfokuskan mereka agar menurut pada aturan atau disiplin yang anda buat. Anak sudah cukup mengerti untuk mempelajari konsep ini.
Perlu digaris bawahi, pada cara yang kedua, hukuman pada anak tidaklah berbentuk kekerasan, melainkan tindakan disiplin atas dasar cinta dan kasih sayang. Selamat mencoba tips-tips tersebut. Jadilah orang tua yang disegani oleh anak-anak, sehingga suatu saat nanti mereka akan menjadi orang yang anda banggakan.
Sumber: Kompas